.quickedit{ display:none; } }
RSS

My Perfect Muslimah




 “Pemenang itu bukan tentang siapa yang berada di garis start terdepan, tapi pemenang adalah siapa yang bisa lebih dahulu menggapai garis finis”

Hari ketiga.
Sekarang aku sedang tidak ingin menceritakan kenapa aku bisa bersama tiga alien di kotrakan yang kami beri nama ‘Gua Hero’, tempat bersemedi spesies yang bernama jomblo dari riuh dan hiruk pikuknya dunia luar. Walau gua hero berukuran ‘7 x S’ alias (Sangat Sempit Sekali Sampai-Sampai Selonjoran Susah), tapi kami sangat nyaman ketika masuk di dalamnya. 

Kalau membicarakan spesies jomblo memang tidak ada habisnya, selalu saja ada bahan untuk kami bicarakan, berdebat hingga pagi, dan akhirnya kami menyelesaikan masalah tanpa solusi. Sesuai dengan temuan ilmuan terbaru tentang teori kekakalan jomblo, mereka mengatakan, “Jomblo itu dapat diciptakan, tapi tidak dapat dimusnahkan. Hihi.

Satu tema yang kami debatkan malam ini adalah wanita idaman seperti apa yang pantas menjadi pendamping kita nanti. Dari banyak nama seperti Tamara beli pengki, Rianty Cat walk, Agnes maonikah, sampai banyak lagi deh, akhirnya kami sepakat dengan dua kata terakhir yang menjadi titik temu dari debat tak berujung yaitu ‘Wanita sholihah’.

Nabi bersabda: "Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita (isteri) yang sholehah”.
 
Dan mencari pendamping sesuai dengan tip dari beliau yaitu dengan:, ”Wanita dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaknya pilihlah yang beragama agar berkah kedua tanganmu.”

“Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud)

Kalau baginda Nabi memberikan empat yang kriteria yang harus dilihat dari wanita, kalau aku lebih menganjurkan dua saja. Pertama, lihatlah dahulu punggungnya, kemudian lihat kakinya. Kalau punggungnya tidak bolong (baca: sundel bolong) dan kakinya menyentuh tanah, berarti itu beneran wanita, bukan hantu. Hehe

Sekarang kita berpikir terbalik, melihat dari sudut pandang wanita. Karena boleh kita punya kriteria ‘Perfect Muslimah’ tapi kita sendiri nggak ngaca. hehe Kalau saya cewek nih yah, saya akan memilih pria yang:

-          Hebat ilmu agamanya
-          Indah perilakunya
-          Anggun petuturnya
-          Besar pengaruhnya
-          Banyak sahabatnya
-          Kreatif pemikirannya
-          Menarik parasnya
-          Sehat raganya
-          Kuat jiwanya
-          Baik finansialnya. 

Nah lho, sudah sampai poin berapakah kita…? 

Dan biasanya cowok dengan kriteria sehebat ini akan memilih wanita yang sebanding, begitu juga sebaliknya. Maka segera Fatimahkan dirimu, agar Allah meng-Ali—kan jodohmu. Khadijahkan dirimu, agar Allah me-Muhammad-kan kekasihmu. Amiin. 

Sekarang melangkahlah dengan Asma-Nya. Cintailah segalanya hanya karenaNya. Jika kita mencintai manusia lebih daripada Allah, niscaya hati kita akan hancur dan putus asa jika ditinggalkan. Jika kita mencintai Allah di atas segalanya, niscaya kita akan selalu tegar dan tabah karena kita yakin bahwa Allah itu Maha Hidup dan Abadi serta selalu bersama hamba yang Sholeh.

Ditengah usaha memantaskan diri ini terkadang sebuah imaji melintas begitu saja, mungkin karena efek teriknya matahari menusuk ubun-ubun. Hari ini aku ingin menjadi pohon, 

“Aku ingin menjadi pohon yang besar, rindang dengan daun yang begitu lebat juga dengan buahnya yang melimpah dan pastinya dengan akar yang kuat. Agar kelak aku dapat menjadi menjadi tempat berteduh bagi mereka yang ingin berteduh, untuk keluargaku dan orang-orang yang aku cintai disekelilingku. Aku dapat memberikan kesejukan untuk mereka yang ada dibawahku, begitupun saat mereka lapar aku dapat memberikan buahku untuk dimakan dan untuk kelangsungan hidup mereka. Tentunya aku sangat bangga jika disebut sebagai pahlawan keluarga nanti.

Semua bukan untukku, tapi untuk anak-anakku saat mereka sudah dewasa dan hendak membina keluarganya sendiri, saat itu aku sudah tua. Tapi, saat itupun aku masih bisa berguna untuk mereka. Aku masih mampu memberikan keteduhan untuk mereka yang membutuhkannya. Dan aku tidak akan menuntut banyak dari mereka. Cukuplah aku kau siram dengan seember air, jikapun kau lupa aku masih sanggup bertahan hidup dengan hujan yang Tuhan berikan untukku.

Alangkah indahnya aku, bahkan ketika aku matipun nanti. Anakku masih bisa memanfaatkanku dengan menebang dan memanfaatkan kayuku. Aku adalah pohon, pahlawan yang terkadang terlupakan.”

            “Biarkan waktu berlalu dengan segala suka dukanya, lapangkan jiwa dalam menghadapi keputusan Tuhan. Janganlah bersedih karena kejadian yang menyakitkan, sebab segala peristiwa di dunia tidak ada yang kekal. Dan jadilah dirimu manusia yang kebal terhadap cobaan dan ancaman, namun sikap perilakumu tetap pemaaf dan setia“ (Imam Syafi’I).

Mungkin aku tidak seperti mereka yang menunjukan perhatian kepada orang yang ia cintai dengan mengiriminya bunga, coklat, hingga mendedikasikan waktu untuk mendampinginya kapanpun dibutuhkan.

Namun, aku yakin ada sesuatu yang lebih manis dari hanya sekedar memberi coklat atau mengirimkan bunga, yakni manisnya sepasang kekasih yang secara diam-diam membawa nama ia yang dicintai dalam doa yang ia panjatkan. Tanpa ada paksaan, tanpa diminta, ia memohonkan tercapainya harapan-harapan yang yang dimilikinya. Mendukungnya dari balik kepala tanpa banyak suara. 

Saat orang lain hanya dapat berkata, “Semangat, kamu pasti bisa.” – maka lantunan doa adalah dukungan sunyi yang akan membantu orang dicintainya meraih segala hal yang selama ini ia idam-idamkan. Lagi pula, adakah bentuk cinta tertinggi selain menyisipkan namanya dalam bilik mesra dengan Tuhan?

Esok adalah pewujudan dari sebuah mimpi, apa yang tercatat dalam buku impian, satu persatu kini jadi kenyataan. Kasih, doakan semoga kelancaran selalu menyertai. Dengan AsmaNya aku melangkah.
 (20 Oktober-20 November 2014)



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment