Beberapa upaya kenaikan upah
buruh menjadi banyak sorotan media hingga hal ini
berimplikasi pada kinerja dari perusahaan. Tuntutan kaum buruh ini tentu
membuat pusing kalangan pengusaha. Namun, bukan pula
berarti para buruh mengajukan angka tanpa dasar alasan yang kuat. Tuntutan
kenaikan upah tersebut dihitung berdasarkan kenaikan kebutuhan hidup layak
(KHL) yang disurvei serikat buruh. Kenaikan upah itu pun mempertimbangkan
pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan faktor lainnya, termasuk kenaikan harga BBM
bersubsidi yang memicu naiknya harga kebutuhan pokok.
Seperti tahun-tahun sebelumnya,
kalangan pengusaha keberatan dengan usulan kenaikan UMK yang melambung tinggi karena
otomatis meningkatkan ongkos produksi perusahaan. Jika menuruti keinginan
buruh, pengusaha bisa-bisa terpaksa menutup perusahaannya.
Tentunya dalam kondisi ini,
unsur tripartit yakni pengusaha, buruh, dan pemerintah harus bisa mengambil
jalan tengah yang bijak, terutama dari pihak pemerintah sebagai penentu
kebijakan. Menuruti sepenuhnya salah satu pihak, bisa merugikan pihak lainnya.
Yang jelas, UMK terlalu tinggi bisa mengancam kelangsungan hidup perusahaan,
bahkan bisa memicu inflasi yang lebih tinggi. Namun jika UMK terlalu rendah,
akan menyengsarakan kaum buruh yang hingga kini belum sejahtera.
Namun disatu sisi menaikkan upah
buruh bukan merupakan jalan satu-satunya untuk meningkatkan kesejahteraan para
buruh, karena dengan kenaikan upah buruh tentunya dapat menimbulkan efek
negatif yang dirasakan oleh buruh itu sendiri diantaranya:
1.
Perusahaan
berpeluang mengurangi tenaga kerjanya
Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2013 sebanyak 7,39 juta
orang atau sekitar 6,25 persen. Angka pengangguran ini meningkat jika
dibandingkan Agustus 2012 di mana pengangguran hanya 7,25 juta orang atau 6,14
persen. Kepala BPS, Suryamin, mengatakan peningkatan pengangguran ini bisa saja
terjadi karena kenaikan upah buruh dari tahun lalu.
Pengurangan tenaga kerja
dilakukan jika perusahaan benar-benar tidak lagi mampu menekan biaya produksi
sehingga mereka terpaksa mengurangi tenaga kerjanya dan menggantikannya dengan
mesin produksi yang dinilai lebih hemat biaya dalam jangka panjang.
2.
Naiknya
upah, namun buruh tetap tidak bisa menikmati upahnya
Ini disebabkan
perusahaan-perusahaan akan meningkatkan biaya produksinya jika upah buruh terus
meningkat sehingga harga-harga barang pun akan ikut mengalami peningkatan.
Tidak ada permasalahan yang
tidak ada jalan keluarnya. Dari permasalahan yang kita alami saat ini, secara
sederhana saya akan paparkan solusi untuk meningkatkan produktifitas perusahaan
ketika upah buruh ‘dipaksakan’ untuk naik, diantaranya adalah:
1.
Membangun
Iklim Kekeluargaan
Nyaman dalam lingkungan
pekerjaan adalah kebutuhan setiap orang. Rasa nyaman itu dapat dibentuk dengan
sebuah iklim kekeluargaan. Atasan merasa dihormati dan karyawan merasa diayomi.
Jika sebuah lingkungan kerja terasa nyaman secara otomatis membuat mereka
(buruh) semakin giat bekerja dan produktif, karena mereka akan merasa bekerja
bukan atas dasar mencari upah saja namun juga
mencari ketenangan dalam bekerja.
2.
Membangun
Kepercayaan
Membangun budaya berintegritas
antara pimpinan dan karyawan juga tak kalh penting. Dengan membangun sebuah
kepercayaan bersama akan membangun kinerja karyawan untuk selalu memberikan
yang terbaik, baik sedang diawasi oleh pimpinan ataupun tidak.
3.
Terus
Berinovasi
Inovasi disini bukan hanya dalam
hal inovasi produk perusahaan, memang itu sangat penting. Namun, tak kalah
pentingnya inovasi dalam diri semua karyawan yang ada. Seperti dengan cara
meningkatkan informasi-informasi terbaru dan pengetahuan terbaru tentang apa
yang sedang mereka kerjakan. Bisa dengan melakukan gathering diskusi. Hingga
perusahaan tahu apa kendala didalam maupun diluar, dengan begitu mereka dapat
meningkatkan kinerja dan optimalisasi perusahaan hingga harapannya siklus dan
grafik keuntungan perusahan dapat terus membaik dan meningkat.
4.
Evaluasi
Secara Berkala
Evaluasi secara berkala sangat
penting dilakukan guna melihat kinerja perusahaan, juga kita dapat
membandingkan kondisi di luar perusahaan dengan kondisi ril yang ada di dalam
perusahaan. Dengan adanya evaluasi berkala, perusahaan akan dapat menditeksi
sedini mungkin permasalahan-permasalahan yang ada.
5.
Carilah
Seorang Professional Dibidangnya
Ketika buruh memiliki tingkat
keahlian dan kemampuan yang lebih baik, mereka bisa menjalankan produksi dengan
kemampuan teknologi yang lebih modern. Jika sudah bisa menggunakan teknologi
yang canggih, maka kinerja buruh dapat bertambah.
6.
Meningkatkan Branding
Perusahaan dari produk-produk yang berkualitas
Kualitas
produk hanya akan teralisasikan juga kinerja karyawan juga berkualitas untuk
itu meningkatkan branding juga harus beriringan dengan meningkatkan kualitas
pekerjanya.
7.
Membuat Kontrak Kerja
Membuat
kontrak kerja sangat diperlukan sebagai tindakan prefentif, untuk menghindari
segala hal yang tidak kita inginkan. Dengan adanya kontrak kerja, kita dapat
menyepakati segala persyaratan dan kesepakatan sebelumnya. Hingga perusahaan
memiliki bukti ril jika suatu saat mereka berubah pikiran.
8.
Tingkatkan
Kepedulian
Ini tak kalah penting dengan
poin sebelumnya, kita semua harus mempedulikan masa depan kita dengan cara PEDULI dengan masa depan, baik masa depan Karyawan,
pimpinan dan perusahan. Dengan rasa kepedulian yang tinggi target-target
perusahaan dan kesejahteraan bersama akan tercapai. Buruh pada dasarnya tidak
menuntut kenaikan yang memberatkan perusahaan, mereka hanya saja butuh
kepedulian yang humanis
Win-Win Solution
Kesimpulannya adalah bagaimana caranya buruh bisa
meningkat kesejahteraannya namun tidak pula merugikan para pengusaha. Tentu
tugas berat ini ada di pundak pemerintah, khususnya pemerintah provinsi untuk
menentukan besaran ideal UMK 2014 untuk
masing-masing kabupaten/kota. Inti dari persoalan upah buruh
yang sedang bergejolak sebenarnya mengerucut kepada satu pertanyaan. Apa solusi
dari persoalan upah murah?
Jawabannya
adalah karena sumber masalahnya lebih besar ada di sektor swasta, maka
solusinya secara umum adalah melepaskan ketergantungan kita terhadap sektor
swasta untuk pembangunan ekonomi dan lapangan kerja. Artinya, kita perlu
membangun ekonomi sektor publik yang kuat, dimana berbagai macam unit ekonomi
berada di bawah kepemilikan Negara sebagai organisasi publik tertinggi. Tentu
saja, agar Negara tidak berperilaku seperti pengusaha swasta dan kehilangan
watak publiknya, maka Negaranya juga harus demokratis. Dengan ekonomi sektor
publik yang kuat, kontrol atas ekonomi berada di tangan publik/masyarakat
(melalui Negara), bukan di tangan para pengusaha swasta. Karenanya, ekonomi
bisa dikelola untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat, bukan kepentingan
keuntungan para pengusaha swasta saja.
Lukmanul
Hakim
Bogor,
02 Oktober 1988
Jl.
Masjid Almujahidin Rt.02 Rw.05 No.10 Kp.Nagrog Desa Pengasinan Kec. Gunung
Sindur Kab. Bogor 16340
085710579441
Lomba Esai 2 Ciputra Entrepreneurship Berhadiah Rp 7 Juta
Jika berkenan, mohon bantuannya untuk memberi vote Google + untuk halaman ini dengan cara meng klik tombol " g+" di bawah, jika akun Google anda sedang login. Hanya dengan sekali klik sudah selesai. Terima kasih atas bantuannya
0 comments:
Post a Comment