Kini aku sendiri, menjadi sebongkah batu yang
terkikis oleh titik-titik air yang jatuh dari dahan yang ikut menjadi sedih
lantaran sang mentari tak kunjung datang. Namun rinduku takkan ikut mengering
seperti hutan mati itu. Disini aku kan selalu setia mendoakanmu, dimalam yang
sunyi bersama rintik-rintik hujan. Untukmu, yang kini singgah di hatiku walau
hanya tinggal serpihan. Untukmu, kekasih yang kurindukan.
Entah apa yang harus aku katakan kasih,
bayangmu selalu hadir dalam kibasan cahaya rembulan. Dalam udara dinginnya
malam, aroma Edelweis masih tersaji saat aku datang dan kau membukakan pintu
hatimu untukku. Senyummu memberi kedamaian hakiki yang mengalir bersama sajak
dan melodi binatang malam di pondok Saladah. Lelah dipundakku sejenak menghilang.
Dalam gelap kita berdua, sungguh saat itu aku tidak pernah merasa khawatir
tertatih mencari cahaya. Karena, seluruh terang kini terpancar jelas dalam
dirimu kasih.
Malam itu hanya ada kau dan aku kasih.
Sisanya kini adalah jarak yang membuat rinduku padamu beranak-pinak. Besarnya
cintaku padamu membuat sahara menjadi hamparan taman bunga. Sayangku padamu
menggubah melodi benci ini menjadi rindu tak terperi. Duhai kau yang kini jauh
disana, hadirlah sejenak bersama tetesan tintaku yang tertuang lesu pada secarik
kertas rindu. Penantianku tak akan pernah kering bersama sang pena yang selalu
basah dan tak kunjung kehabisan tinta untuk menuliskan kisah kita.
Dalam genggaman hujan malam ini kusampaikan
kerinduanku padamu. Mendongaklah ke atas kasih, dan tataplah langit malam ini,
pasti kau akan tahu sebanyak bulir-bulir kenangan yang berhamburan, sebanyak
itulah rinduku padamu yang kini terperangkap dalam relung seorang hamba sahaya
yang tak dapat berbuat apa-apa. Aku hanya dapat menjadi seikhlas karang yang diterpa
ombak, namun tidak setegar dirimu.
Aku tahu, perpisahan ini bukan kita yang mau.
Namun, ku mohon hadirlah kembali sejenak. Bersama kita enyahkan lara, berdamai
bersama sang hari atas nama cinta yang pernah ada. Duduklah di sampingku
seperti hari itu, sambil menyimpul senyum manis dari wajah cantikmu.
Aku yakin suatu saat nanti kau akan tahu
betapa besarnya cintaku padamu. Seperti halnya roda yang berputar, dari cinta
menjadi rindu, dari temu menjadi semu, aku tahu cintamu kini abu-abu. Entah
kapan ia akan menjadi biru, tapi aku akan bersabar untuk tetap menunggu.
0 comments:
Post a Comment